Aceh Timur,Metroasia.co – Puluhan Masyarakat berserta unsur Komite Peralihan Aceh (KPA) Sagoe Meja Ijoe,Kecamatan Darul Aman,Kabupaten Aceh Timur melakukan acara bakti sosial dalam rangka memperingati 17 tahun Mou Helsinky, Senin(15/8).
Dalam giat tersebut, masyarakat dan KPA Sagoe meja ijoe, bergotong royong merawat tugu monument sejarah tragedi Simpang Kuala Idi Cut, yang merupakan salah satu pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM).
Tragedi Simpang Kuala Idi Cut merupakan salah satu tragedi bersejarah, yang menyisakan luka mendalam bagi masyarakat Aceh. Tepatnya, pada tanggal 03 February 1999 Ratusan masyarakat sipil dibantai oleh oknum Aparat Keamanan Negara. Kemudian diangkut dan ditenggelamkan dalam sungai Arakundo. Isak tangis ribuan rakyat Aceh kala itu, mendampingi evakuasi korban pembantaian di sungai Arakundo. Hingga air mata ribuan rakyat Aceh menjadi saksi sejarah saat itu.
Pasca pembantaian simpang kuala idi cut, ratusan orang tua kehilangan anak tercinta dan ratusan anak-anak kehilangan ayahhanda tercinta. Kini tragedi air mata tersebut, di kenang dengan dibangun sebuah monument. Tugu sebagai bukti sejarah berdarah tragedi pembantaian pelanggaran Ham di Aceh.
Tugu yang berdiri di simpang kuala idi cut,Desa Matang Pineng tersebut, tertanam harapan keadilan meskipun pelaku pelanggaran Ham puluhan tahun masih abu-abu.
Yusaini Anggota Komite Peralihan Aceh(KPA) Sagoe Meja Ijoe Darul Aman, mengajak masyarakat dan unsur pemangku kepentingan khususnya di Kecamatan Darul Aman untuk sama-sama merawat dan melestarikan sejarah dan monument sejarah. Apalagi monument tragedi bersimbah darah yang pernah terjadi dalam konflik Aceh.
” 17 tahun Mou Helsinky tentunya unsur KPA dan Masyarakat Aceh berharap supaya seluruh butir-butir Mou helsinky terealisasi secepatnya”ujar eks komandan operasi tersebut.
Hawalies Abwar, Aktivis Aliansi Keadilan Aceh yang turut andil dalam kegiatan tersebut berharap, agar pemerintah mengalokasikan anggaran untuk perawatan monument bersejarah di Aceh timur. Khususnya agar tidak terbengkalai, sebab menurutnya didirikan monument tidak lepas dari history yang pernah terjadi.
Lebih Ianjut, Ia meminta pemerintah dan DPRA Aceh, agar menuntaskan persoalan Mou Helsinky sepenuhnya. Salah satunya persoalan terkait Qanun bendera Aceh dan lambang Aceh yang sudah disahkan oleh DPRA. Supaya jelas agar tidak selalu abu-abu di tengah masyarakat Aceh. Begitu juga terkait pelanggaran HAM agar segera dituntaskan”ujar Eks Presiden Mahasiswa STIS tersebut.
Razali (Nyak Lie) Aktivis Aceh Timur, juga putra daerah Darul Aman yang turut hadir dalam bakti sosial tersebut, memberikan apresiasi kepada masyarakat dan KPA Sagoe Meja Ijoe, yang masih melakukan bakti sosial dan menjaga sejarah tragedi bersimbah darah yang pernah terjadi di Darul Aman. Sebab di balik Monument Tragedi Simpang Kuala Idi Cut (Arakundo), tersimpan tragedi pembantaian rakyat sipil yang sudah menjadi perhatian dunia Uni Eropa.
“Nyaklie meminta agar Pemerintah Aceh, membangun monument di setiap titik tragedi pembataian masal yang pernah terjadi di Aceh, untuk dokumentasi sejarah kepada generasi Aceh kedepan. Dan setiap monument bersejarah di Aceh agar di rawat dengan baik”,ungkap Aktivis Aceh Timur tersebut.(Rel/Hasbi)