Aceh Timur,Metroasia.co – Akibat Seling pengait Getek terputus, Warga Dua Desa, yakni Desa Pante kera dan batu sumbang, Kecamatan Simpang jernih, Kabupaten Aceh Timur mengaku terisolir dan kesulitan melakukan penyeberangan sungai di karenakan debit air mulai tinggi dan arusnya deras.
Sahidin warga setempat , mengatakan sarana transportasi getek(Alat penyeberangan)untuk mobilitas warga keluar masuk kampung tidak bisa beroperasi karena selingnya putus akibat tekanan derasnya debit air yang mulai tinggi, Rabu (11/12/2024).
Dampaknya, warga seberang sungai desa Pante kera tersebut terisolir karena keterpaksaan akses keluar maupun masuk desa. Terutama sekali anak anak sekolah pagi ini tidak bisa menyebrangi dan sekolah untuk membeli kebutuhan bahan pokok sehari-hari menjual hasil kebun/pertanian mereka terpaksa naik perahu boat.
“Getek tersebut merupakan akses satu-satunya di desa kami. Selama ini kami beraktivitas selalu naik getek untuk menyeberangi sungai kurang lebih 100 meter lebarnya,” kata warga setempat.
Menurut sahidin, seling getek putus diterjang tekanan debit air yang tiba -tiba cukup deras. Sehingga getek terbawa arus sungai dan terdampar di pulau desa setempat yang tidak jauh dari lokasi penyebrangan.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut, namun satu unit sepeda motor pengelola getek atas nama ucak Sanusi ikut tenggelam terbawa dengan geteknya.
Sejak pagi ini, tidak ada warga dari luar yang dapat memasuki desa tersebut. Sementara warga setempat harus menyeberangi sungai dengan perahu boat yang kapasitasnya sangat terbatas.
“Parahu boat itu hanya untuk mengangkut orang dan hasil kebun. Untuk kendaraan sepeda motor kan, tidak bisa. Jadi ya, aktivitas kami lumpuh saat ini,” ujarnya.
Atas kerusakan seling getek tersebut masyarakat memohon bantuan dari Pemda Aceh Timur, supaya getek penghubung antar dua desa secepatnya diperbaiki.
Saat awak media metroasia.co mewawancarai salah satu warga setempat mengatakan bahwa kapal getek Penyebrangan tersebut sudah usia tua.
“Kondisi kapal getek sudah uzur bang, makanya sering mengalami perbaikan. Hal itu menjadi faktor tali seling putus karena sudah berkarat dimakan usia.
“Tali seling yang putus secara swadaya bersama warga sudah kami sambung lagi, tapi belum bisa di pasang karena air sungai masih tinggi,” tuturnya.
Sahidin mewakili warganya dua desa tersebut berharap kepada pemerintah daerah dan provinsi Aceh untuk membangun akses jembatan di kampung mereka, sebab tidak mungkin kalau harus mengandalkan trasnportasi getek selamanya.
“Kami tau kalau jembatan beton permanen anggarannya mahal, tapi paling enggak adalah akses jembatan gantung di kampung kami untuk menyeberang sungai,” tutupnya.(Hsb)