Simalungun,Metroasia.co – Situasi saat ini adalah situasi musim hujan, Populasi Aedes Aegypti akan meningkat. Sebab, telur yang belum menetas akan menetas karena habitat perkembangannya tergenang air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populalitas perkembangan nyamuk, sehingga dapat menyebarkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Dalam hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun Edwin Simanjuntak melalui Juniman sagala sebagai pengelolah program jentik, Rabu (29/11) menghimbau kepada seluruh masyarakat agar selalu mencegah dampak penyakit yang ditimbulkan seperti BDB.
Untuk pencegahan dilakukan dengan menguras air dalam bak, menutup tempat penampungan air, meletakkan pakaian bekas yang bergantungan pada wadah tertutup dan membersihkan tumpukan barang barang.
Juniman juga memaparkan, dalam kurun waktu bulan januari sampai 8 Oktober 2023, laporan yang sudah masuk dari seluruh kecamatan di kabupaten Simalungun ada sebanyak 369 kasus DBD. Dan yang meninggal ada 4 orang dan itu terjadi akibat keterlambatan penanganan. Contohnya, Sistem terjangkitnya DBD adalah panas yang naik turun. Sehingga, orang tua terkadang menganggap ketika suhu panas pada anak sudah turun dianggapnya sudah sehat. Dan setelah itu suhu panas badan si anak tiba – tiba naik lagi, itu yang membuat bahaya.
“Untuk saat ini sendiri daerah yang mengalami kasus terbesar adalah Tanah jawa dan Rambung merah. Untuk daerah Tanah jawa disebabkan Daerah perkebunan, dan untuk daerah Rambung merah disebabkan jumlah penduduk yang padat,”Ungkap Juniman lagi.
Disinggung tentang program penyebaran nyamuk Walbachia. Dimana diketahui adalah bakteri yang disuntikan ke nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah guna dalam penurunan perkembangannya. Lantas Juniman mengungkapkan bahwa sampai saat ini, pemerintahan kabupaten Simalungun, belum melakukannya hal itu karena masih dalam tahap pengujian. Dan menurutnya belum menjadi suatu program dalam pemerintahan. (RobS)