Medan,Metroasia.co – Dalam upaya mengasah kepekaan sosial, empat mahasiswa Program Studi Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara (USU) mengunjungi Sekolah Luar Biasa (SLB) Taman Pendidikan Islam (TPI) di Jalan Sisingamangaraja No. 5, Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas. “Kegiatan ini kami lakukan untuk menghadirkan edukasi kreativitas yang menyenangkan bagi anak-anak tunagrahita,” kata Dr. Fotarisman Zaluchu, dosen pengampu mata kuliah Antropologi Sosial, di Medan, pada Sabtu (8/6/2024).
Para mahasiswa mengajarkan cara membuat wadah alat tulis dari stik es krim kepada anak-anak tersebut. Menariknya, wadah alat tulis ini dihias sesuai imajinasi anak-anak, sementara para mahasiswa hanya memberikan bimbingan. Aktivitas kreatif ini tidak hanya melibatkan keterampilan tangan tetapi juga memicu daya imajinasi dan kreativitas anak-anak. Kegembiraan dan antusiasme terlihat jelas di wajah para siswa sejak awal hingga mereka memamerkan hasil karyanya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Kepemimpinan yang diajarkan oleh Dr. Fotarisman Zaluchu bersama dua dosen lainnya, Dr. Irfan dan M. Rifa’i, M.Si. “Mahasiswa ini bukan hanya belajar teori kepemimpinan, tetapi juga dilatih untuk memiliki kepekaan sosial melalui proyek-proyek pilihan mereka sendiri. Ini adalah fondasi penting bagi mereka sebagai calon pemimpin di komunitas masing-masing,” jelas Dr. Fotarisman Zaluchu.
Salah satu mahasiswa, Nadya Fortuna Gunawan, mengungkapkan manfaat yang dirasakannya dari kegiatan ini. “Melihat semangat hidup dan belajar anak-anak berkebutuhan khusus sangat menginspirasi. Saya berharap bisa terus berinteraksi dengan mereka dan mengajak teman-teman lainnya untuk ikut serta, karena pengalaman ini sangat berharga,” ujar Nadya.
Dr. Fotarisman Zaluchu menambahkan bahwa tantangan dalam kegiatan ini sangat nyata. “Saya mengajarkan mereka menyusun Plan of Action di kelas, dan melalui kegiatan ini mereka diuji untuk mengimplementasikan rencana tersebut. Seorang pemimpin harus bisa merancang dan mengeksekusi rencana, serta belajar dari pengalaman itu.”
Respon positif juga datang dari mahasiswa lain, Muammar Rifqi. Ia berharap agar rekan-rekannya lebih banyak terlibat dalam pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus. “Kita tidak hanya harus memperhatikan pendidikan siswa biasa tetapi juga anak-anak di sekolah luar biasa,” katanya.
Mata kuliah kepemimpinan ini mengajarkan esensi inti dari kepemimpinan dengan motto yang dipegang teguh: “Student today, leader tomorrow”. Dengan pengalaman langsung ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi pemimpin yang cakap tetapi juga yang peka terhadap kebutuhan masyarakat.(*)